Setelah 15 tahun tidak pernah kembali ke tempat lahirnya, Karnia memutuskan kembali. Namun tidak bersama keluarganya, melainkan bersama teman-temannya, Zain, Riza, dan Evan untuk berlibur semester dan membuat vlog/ video dokumentasi. 

Karnia, lahir di desa tersebut. Namun, ketika Karnia berusia lima tahun, orang tuanya pindah ke kota meninggalkan nenek dan kakeknya. Setelahnya, Karnia tidak pernah datang lagi. Entah kenapa orang tuanya melarangnya ikut untuk pulang kampung. Hingga suatu hari, ia nekat untuk pergi berlibur ke tempat lahirnya yang ia ketahui bernama Desa Wajini, desa terpencil di tengah hutan dan di area pegunungan.

Dengan bermodalkan Google Maps, Karnia dan teman-temannya mengikuti arah petunjuknya. Ketika itu, mereka bertemu dengan seorang anak kecil. Zain pun menghentikan mobilnya. Lalu membuka kaca mobilnya dan bertanya pada anak kecil itu. Tapi anak itu tidak menjawab hanya menatapnya. 

Menurut petunjuk petanya, tujuan lokasi tinggal 1 KM lagi. Perjalanan pun jalannya makin menanjak, untungnya mereka menggunakan mobil khusus untuk perjalanan yang ekstrim. Terlihat jaraknya makin dekat, 200 meter lagi. Mereka memutuskan jalan kaki, karena jalannya makin sempit dan curam.

Suasananya begitu asri karena banyak pepohonan yang tinggi menjulang beserta suara-suara hewan yang menjadi lagu alami yang mengiringi langkah mereka. Mereka sangat menikmati perjalanannya.

Sampailah mereka pada gapura yang bertuliskan "Desa Wajini, BUKAN UNTUK WISATA". Mereka saling tatap-menatap satu sama lain. 

Evan mengeluh lapar. Riza pun menawarkan rotinya. Tapi Evan menolak, karena ia sibuk merekam. Mereka dihampiri seorang bapak-bapak, dan memberitahu kalau di sini bukan tempat untuk wisata. Karnia pun bertanya soal rumah kakek dan neneknya kepada bapak-bapak tersebut dan mengatakan maksudnya datang ke desa ini, sebut saja Pak Sandi. Beliau ternyata mengenalnya, kakeknya ternyata adalah seseorang yang dihormati di desa tersebut.

Pak Sandi menebak-nebak tentang Karnia, ternyata beliau menyadari jika Karnia adalah cucu Mbah Agung dan anak dari Pak Ageng dan Ibu Sri, orang tua Karnia. Mereka pun di antar ke kediaman kakek neneknya. 

Mereka dinasehati oleh kakek dan nenek Karnia untuk tidak keluar ketika pukul enam sore hingga enam pagi. Itu adalah pantangan untuk desa ini. Beruntungnya mereka sampai sebelum jam enam sore. Jika melanggar, ada hal yang tidak terduga yang akan terjadi. Tapi namanya anak muda, mereka menjadikan itu tantangan yang harus dicoba. Mereka sangat penasaran dan berantusias untuk mengekplorasi desa ini, bahkan dengan melanggar pantangan.

Karnia penasaran, kenapa selama ini orang tuanya tidak pernah mengajaknya untuk menjenguk kakek neneknya. Padahal mereka masih hidup. Sepanjang malam nenek dan kakeknya bercerita kepada Karnia dan teman-temannya. Karnia pun bertanya mengenai pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu di kepalanya. Ia sangat penasaran tentang apa yang terjadi sebenarnya. Ia pikir ini adalah misteri yang harus dipecahkan.

Hari semakin malam, mereka masuk ke kamarnya masing-masing. Karnia satu kamar dengan Riza, Zain dengan Evan satu kamar. Suatu waktu, Riza membangunkan Karnia karena ia ingin membuang air kecil. Tapi Karnia tidur sangat lelap, sehingga ia merasa kesulitan membangunkannya dan memutuskan untuk sendirian. Setelah dari toilet, Riza kaget melihat Mbah Surti, nenek Karnia sedang melihat ke luar jendela. Mbah Surti menyapanya.

To be continue...